TEKNIK PEMGOBATAN SECARA PARENTRAL
Lima
bulan yang lalu, tepatnya bulan Juli 2007 artikel suplemen mengangkat
sebuah artikel mengenai teknik pengobatan via air minum atau pengobatan
oral. Kesempatan kali ini kami akan menyampaikan tentang teknik
pengobatan parenteral yaitu pemberian obat melalui injeksi atau
suntikan. Di dunia perunggasan teknik injeksi lebih familiar dipakai
untuk pemberian vaksin, terutama vaksin inaktif, sedangkan untuk
pengobatan masih relatif jarang dilakukan. Kebanyakan peternak lebih
memilih memberikan obat melalui air minum.
Obat injeksi diartikan sebagai sediaan steril bebas pirogen (senyawa
organik yang menimbulkan demam yang berasal dari kontaminasi mikrobia).
Berdasar pada definisi tersebut, maka syarat obat suntik adalah steril.
Jika tidak steril maka bisa dipastikan bukan efek ampuh dari obat yang
kita peroleh, melainkan penyakit ayam menjadi semakin parah. Kondisi
steril tentu saja tidak hanya pada sediaan obat yang kita gunakan tetapi
alat suntik yang kita gunakan juga harus dalam kondisi steril.
Sediaan obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan,
suspensi dan emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi berupa larutan yang
relatif encer akan lebih cepat diabsorpsi (diserap) dalam tubuh dan
menghasilkan efek terapi yang lebih cepat dibandingkan bentuk suspensi
dan emulsi.
Teknik parenteral mungkin jarang digunakan, namun pada kondisi tertentu
teknik pengobatan ini sangat diperlukan. Pada umumnya teknik ini
dilakukan guna memperoleh kerja obat yang cepat, misalnya saat kondisi
ayam parah dimana nafsu makan dan minum turun. Selain itu bisa
disebabkan sifat zak aktif dari obat yang bisa rusak atau tidak efektif
jika diberikan via oral (air minum, ransum).
Jenis Teknik Pengobatan Parenteral
Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh
organ atau bagian tubuh, termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang
punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan dalam jantung.
Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya
diaplikasikan adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.

Lokasi penyuntikan obat yaitu intramuskuler (IM), intravena (IV) dan subkutan (SC)
- Suntikan intramuskuler
Injeksi
intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging).
Obat tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang
terdapat pada otot. Tempat penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari
syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama. Selain itu, hendaknya
dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan)
otot yang banyak. Pada ayam, lokasi penyuntikan intramuskuler biasanya
dilakukan pada otot dada (pectoral) atau otot paha (femur).
Aplikasi
ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat
jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan
maka bisa mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf,
abses, kista, emboli, hematom maupun terkelupasnya kulit. Produk yang
diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin, Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.

Suntikan intramuskuler di bagian dada dan paha. Perhatikan kemiringan jarum suntik, sebaiknya ± 30o.
- Suntikan subkutan
Sedikit
berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan
berada di bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit) dan
untuk ayam biasanya dipilih lokasi penyuntikan di leher bagian belakang
sebelah bawah. Kulit leher ayam dicubit sehingga lebih memudahkan dalam
penyuntikan. Apabila di sekitar leher ayam basah, itu menandakan bahwa
obat yang disuntikkan tidak masuk sempurna ke bawah kulit.

Suntikan subkutan di leher bagian bawah. Hati-hati dengan syaraf yang terdapat di leher
Obat
yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak
mengiritasi jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit,
obat akan berdifusi di cairan antar sel kulit, kemudian terabsorpsi ke
pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat
(efek depo atau sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.
Volume
obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada
jumlah obat yang diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa
mengiritasi sebaiknya tidak diberikan dengan suntikan subkutan karena
dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa nyeri.

Saat
melakukan pemberian obat dengan teknik suntikan subkutan di daerah
leher harus dilakukan secara hati-hati karena pada bagian ini juga
terdapat syaraf dan jika terkena dapat menyebabkan ayam tortikolis
bahkan kematian
Kelemahan dan Kelebihan Parenteral
Aplikasi pengobatan parenteral tentu saja mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :
- Memerlukan ketrampilan khusus
Tidak
setiap orang atau personal kandang mampu mengaplikasikan teknik
pengobatan ini. Hal ini disebabkan teknik ini membutuhkan ketrampilan
khusus, diantaranya mengetahui anatomi tubuh ayam maupun teknik
penyuntikan yang baik.

Penyuntikan di paha bagian luar harus dilakukan secara hati-hati, karena di paha bagian dalam terdapat syaraf ischiadicus
- Memerlukan waktu yang lebih lama
Teknik
pengobatan ini bersifat individual atau dilakukan 1 x untuk
masing-masing ayam. Hal ini tentu membutuhkan waktu maupun tenaga yang
lebih banyak.
- Pengaruh stres lebih besar
Tentu
kita telah mengetahui dan telah merasakan sendiri bahwa pengobatan
dengan suntikan akan terasa lebih sakit dibandingkan teknik pengobatan
lainnya. Bagi ayam keadaan ini tentu saja akan menimbulkan efek stres
yang lebih parah.
Meskipun terdapat beberapa kekurangan, namun teknik pengobatan ini tetap baik untuk diaplikasikan kepada ternak (red. ayam), diantaranya :
- Dosis tepat
Dosis
obat yang diterima atau masuk ke dalam tubuh dengan teknik pemberian
secara suntikan, baik subkutan maupun intramuskuler menjadi lebih tepat.
Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh pada efektifitas pengobatan.
- Efek pengobatan lebih cepat
Setelah disuntikkan, obat langsung terserap dalam tubuh (aliran darah) sehingga langsung bekerja membasmi bibit penyakit.
- Selektif
Pengobatan dengan teknik injeksi hanya dilakukan untuk ternak yang sakit sehingga dari segi biaya akan menjadi lebih efisien.
- Stabilitas obat lebih terjaga
Obat
yang diberikan secara injeksi akan relatif lebih stabil, dimana
pengaruh dari faktor luar, seperti sinar (matahari, lampu), kualitas air
maupun ransum tidak ada. Selain itu, obat langsung masuk dalam darah
sehingga pengaruh enzim di saluran pencernaan (lambung, usus) bisa di
minimalkan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada daya kerja obat.
- Spesial untuk penyakit yang parah
Teknik
pengobatan ini sangat cocok diaplikasikan untuk ayam yang telah
terinfeksi bibit penyakit yang relatif parah yang mengakibatkan nafsu
makan dan minum menurun drastis.
Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pengobatan secara Parenteral
- Jaga sterilitas obat maupun peralatan
Obat injeksi yang diproduksi oleh pabrik telah melalui uji sterilitas oleh bagian quality control
(QC) sehingga sterilitas obat telah terjamin. Namun saat pemberian,
obat injeksi yang telah dibuka harus segera diberikan dan habis selama
24 jam. Selain itu, alat suntik (Alat Suntik Socorex) juga harus
disterilkan terlebih dahulu (dimasak dalam air mendidih selama 30 menit)
dan ganti jarum setiap 200-300 suntikan agar tetap tajam dan steril.
- Hati-hati saat menyuntikan
Pelaksanaan
penyuntikan harus hati-hati untuk menghindari kesalahan penyuntikan
yang berakibat obat tidak bisa diserap secara optimal sehingga dosis
yang diterima kurang sesuai. Selain itu, kesalahan penyuntikan juga bisa
menyebabkan timbulnya peradangan di sekitar tempat penyuntikan, cacat
maupun kematian.
- Pastikan obat tidak keluar lagi
Setelah
penyuntikan, perhatikan bekas lokasi penyuntikan. Pastikan apakah
terdapat obat yang keluar. Hasil penyuntikan yang baik ditandai dengan
tidak keluarnya obat dan biasanya terdapat benjolan kecil dalam otot
yang merupakan depo obat.
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/pengobatan-cara-parenteral/2-pengobatan-a-vaksinasi/268-pengobatan-secara-parenteral
thanks atas infonya..
BalasHapuslike (y)
BalasHapus